Sabtu, 19 Februari 2011

URGENSI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya.

Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita menjadi terampil berkomunikasi.
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia – manusia lainnya. Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang – orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan manusia lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.

Pesan – pesan ini mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita berbicara, kita sebenarnya sedang berperilaku. Begitu juga ketika kita sedang melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukkan kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita sedang berperilaku. Sering perilaku – perilaku ini merupakan pesan – pesan, yang mana pesan – pesan itu digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.

Komunikasi juga merupakan suatu kemestian. Dari bangun tidur sampai mau tidur kita pasti telah dan selalu melakukan komunikasi. Ada aksioma komunikasi yang penting kita ketahui, yaitu :
a. Aksioma satu : Anda tidak dapat tidak berkomunikasi
b. Aksioma dua : Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan hubungan
c. Aksioma tiga : Setiap interaksi diartikan oleh bagaimana para pelaku interaksi menjelaskan kejadian
d. Aksioma empat : Pesan itu bersifat digital dan analog
e. Aksioma lima : Pertukaran komunikasi bersifat simetrik dan komplementer

PENTINGNYA KOMUNIKASI
Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.
• Pertama, komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita.
Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu.
• Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
• Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan – kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja, pembandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.
• Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih – lebih orang – orang yang merupakan tokoh – tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.
Agar merasa bahagia, kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antarpribadi, komunikasi dengan orang lain.

Selain itu, dengan komunikasi maka dapat berfungsi untuk :
a. Memahami diri sendiri dan orang lain
b. Memapankan hubungan yang bermakna
c. Mengubah sikap perilaku
Bahkan dalam lingkup komponen organisasi seperti di bawah ini, komunikasi juga berperanan paling penting
1. Ukuran organisasi (size)
2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions)
3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and duration)
4. Kondisi sumber daya (input of resources)
5. Komunikasi (communication)
6. Target hasil (output of organization) M.Kh. Rahman

Komunikasi dipandang sebagai sentral elemen – elemen lainnya dalam kegiatan manajemen organisasi. Alasan pertama, komunikasi memiliki fungsi untuk mempertemukan antara tujuan organisasi dengan terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina hubungan antar anggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban kerja) organisasi. Untuk itu, kemampuan komunikasi yang efektif menjadi hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pelaku organisasi.

Keberhasilan komunikasi dalam suatu organisasi merupakan aset penting bagi pencapaian sasaran atau tujuan organisasi tersebut. Keberhasilan komunikasi yang tercermin dalam efektifitas dan efisiennya merupakan alat perekat organisasi, yang juga mempegaruhi nama baik (goodwill) organisasi yang bersangkutan.
Melalui proses komunikasi anggota organisasi dapat saling bertukar informasi dengan menggunakan suatu bahasa atau symbol – simbol yang biasa digunakan.
Dalam organisasi komunikasi mempunyai dua fungsi penting yaitu:
1. Dengan komunikasi memungkinkan pertukaran informasi
2. Dengan komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi dengan anggota lainnya.

KETERAMPILAN DASAR BERKOMUNIKASI
Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita perlu memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Menurut Johnson (1981), beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Pertama, kita harus mampu saling memahami. Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan, yaitu sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri (Johnson, 1981). Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita harus saling percaya. Sesudah saling percaya, kita harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, termasuk kata – kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri seperti itu, tentu saja sebelumnya kita harus menginsafi diri kita, yaitu menyadari perasaan – perasaan kita maupun tanggapan – tanggapan batin Iainnya. Namun, untuk dapat sampai pada keinsafan diri semacam itu, kita perlu menerima diri, menerima dan mengakui pikiran – perasaan kita, bukan menyangkal, menekan, atau menyembunyikannya. Selain itu, tentu saja kita juga harus mampu mendengarkan orang lain. Membuka diri kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka diri kepada kita adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi.
• Kedua, kita harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas. Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran – perasaan dan saling mendengarkan, kita memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi dengan orang lain.
• Ketiga, kita harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara – cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut mampu menemukan pemecahan – pemecahan yang konstruktif terhadap masalahnya.
• Keempat, kita harus mampu memecahkan konflik dan bentuk – bentuk masalah antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara – cara yang konstruktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar